Langsung ke konten utama

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN ''INDONESIA''



PERKEMBANGAN SENI RUPA DI INDONESIA

BAB1

WAWASAN SENI
Seni dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan. Rasa seni bukan hanya milik seniman tapi semua orang pun memiliki rasa seni, hanya kadarnya yang berbeda pada setiap orang. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai. Bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya.
BENTUK KESENIAN BERDASARKAN UNSUR  DASARNYA
  1. Seni yang dapat dinikmati melalui media pendengaran atau (audio art), misalnya seni musik,seni suara, dan seni sastra seperti puisi dan pantun
  2. Seni yang dinikmati dengan media penglihatan (Visual art) misalnya lukisan, poster,seni bangunan, seni gerak beladiri dan sebagainya.
  3. Seni yang dinikmati melalui media penglihatan dan pendengaran (audio visual art) misalnya pertunjukan musik, pagelaran wayang,film

BAB 2

A.   SIFAT-SIFAT UMUM SENI RUPA INDONESIA
1.      Tradisional atau Konvensional
Kesenian mempertahankan tradisi seni lama yang bersifat turun-temurun.
2.      Progresif atau Dinamis
Meskipun sifat seni bangsa Indonesia tradisional dan konvensional, namun pengaruh dari luar  yang positif dapat di terima dan diubah menjadi seni tradisi Indonesia (hasil akulturasi). Hal ini dimungkinkan karena wilayah geografis Indonesia yang kaya dan mudah disinggahi oleh para pendatang dan sifat bangsa Indonesia yang memiliki rasa toleransi.
3.      Kebhinekaan
Sesuai dengan kodrat alam, wilayah Indonesia yang terdiri dari banyak pulau, adat istiadat dan suku bangsa, sehinga cara dan corak seninya beredah. Ini semua merupakan kekayaan seni budaya dari bangsa Indonesia.
4.      Kaya dengan Seni Kerajinan
Bangsa yang berbudaya bahari dan agraris pasti kaya dengan seni kerajinan atau seni kriya. Hal ini dikarenakan ketersediaan bahan yang melimpah. Sehingga tidak heran kalau Indonesia seni kerjinan berkembang dengan pesat.
5.      Nonrealistis dan Dodmatik (aturan)
 Berkarya seni dengan konsep yang sudah ada, yang hasilnya bersifat statis tapi tetap disenangi atau diminati.

B.   SENI RUPA PRASEJARAH INDONESIA
Zaman prasejarah (prehistory) adalah zaman sebelum dimulai sejarah tertulis suatu bangsa, karenanya belum ditemukan sumber-sumber atau dokumen-dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia pada zaman itu.
            Kegiatan seni pada waktu itu berpusat di daerah India belakang (sekitar Indocina). Kemudian menyebar ke Indonesia bersamaan dengan menyebarnya bangsa berkebudayaan melayu tua dan melayu muda ( zaman batu dan zaman perunggu).
            Pada masa prasejarah karya seni rupa berfungsi sebagai media kepercayaan yang bersifat simbolisme. Dengan penggambaran yang simbolis terhadap suatu kejadian, mereka dapat memastikan bahwa kejadian yang digambarkannya dapat terwujud sesuaid eangan keinginan, seperti untuk mendapatkan keturuanan, kematian seseorang, untuk kelangsungan hidip setelah mati.atau penyerahan kepada roh jahat.
            Secara Arkeologis atau berdasarkan peninggalan-peninggalan dari kebudayaan manusia, zaman prasejarah terbagi atsa zaman zaman berikut ini;
1.      Zaman Batu
Zaman batu adalah suatu kebudayaan tingkat terendah di dalam perjalanan sejarah hidup manusia. Zaman ini ditandai denganditemukannya alat-alat dari batu. Pada zaman batu tua (palaeolithikum) manusia belum mempunyai tempat tinggal tepat, melainkan hidup mengembara (nomaden). Untuk melangsungkan hidupnya, mereka membuat alat-alat atau perkakas dari batu, tulang, dan tanduk rusa tanpa dihaluskan. Dengan peralatan ynag sederhana mereka memburu dan mengupulkan makanan (food gathering). Peningalan-peningalanya ditemukan di daerah Pacitan berupa kapak genggam yang terbuat dari pecahan batu (chopper).

a.      Karya Seni Bangunan
Peninggalan seni bangunan zaman Mesolithikum berupa gua-gua tempat tinggal dipantai seperti yang ditemukan di pantai Sulawesi dan Irian Jaya, berupa rumah panggung di tepi pantai dengan ditemukanya bukit-bukit kerang di pantai Sumatera sebagai sisa sampah rumah panggung pada waktu itu. Pada zaman Neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanam dan beternak, serta bertempat tinggal tetap di rumah rumah yang berbuat dari kayu dan bamboo.

b.      Karya Seni Kerajinan
Pada zaman Mesolithikum, telah berkembang seni kerajinan berupa gerabah yang dibuat dengan teknik pilin (coiled pottery) dan menyusun bidang-bidang tanah liat (slabs pottery). Pada waktu itu belum dikenal papan putaran. Untuk menghiasnya dipergunakan cara mengores, menerapkanbahan tenunan atau kulit kerang dengan membubuhkan warna tanpa proses pembakaran. Kebanyakan para petani sendiri yang mengerjakan karajianan sabagai sambilan.

c.       Karya Seni Lukis
Pada zaman Mesolithikum, lukisan dibuat pada dinding-dinding gua dengan warna yang berasal dari bahan-bahan alam seperti mineral dan lemak binatang. Tema yang digunakan selalu berkaitan dengan tujuan magis, misalnya adegan perburuan seperti yang terdapat di gua Sulawesi Selatan, lukisan lambing-lambang nenek moyang pada gua-gua di pantai selatan Irian Jaya. Motif yang sering di pakai adalah motif perlambangan dan motif geometris dengan gaya statis monumental.

d.      Karya Seni Patung
Karya seni patung atau pahat mulai berkembang pada zaman Neolithikum dengan bentuk patung-patung nenk moyang dan patung penolak bala yang dibuat dari batu, kayu dan tulang. Pada zaman Megalithikum banyak ditemukan patung-patung berukuran besar dari batu tunggal. Patung-patung ini ditemukan di daerah Jawa Barat, Sulawesi Tengah dan Lahat.

Tau-tau adalah patung bergaya naturalistic seukuran manusia dari Sa’dan Toraja, Sulawesi Selatan. Patung ini merupakan lambing orang yang sudah mati, dibuat dengan mempunyai rambut seperti rambut almarhum dan alat kelamin dibuat meskipun ditutup oleh pakaian. Patung ini menggambarkan  ikatan yang kuat antara yang hidup dan nenek moyang mereka. Patung ini adalah salah satu peningalan zaman prasejarah yang masih banyak digunakan oleh masyarakat tradisonal.
2.      Zaman Logam
Zaman  ini ditandai dengan perpindahan produk sebagai pengaruh dari datangnya bangsa Melayu Muda ke Nusantara sekitar tahun 500 SM yang berasal dari Indocina sabagai pusat kebudayaan perunggu. Dari kebudayaan ini dikenal dua teknik mencetak (mengecor) untuk membuat alat-alat dari perunggu.
         Teknik Bivalve
Alat cetak yang dibuat sedemikian rupa sehingga cetakan bisa digunakan berulang-ulang.
         Teknik Acire Perdue
Alat cetak yang berfungsi sekali pakai. Membuka cetakan dengan cara memecahkan cetakanya.
a.      Karya Seni Rupa Zaman Logam
1.      Genderang Perunggu
Gendering perunggu mempunyai bentuk seperti langseng tempat menanak nasi yang berpinggang tengahnya dan diberi hiasan dengan motif perlambangan dan motif geometris. Dilihat dari fungsinya, gendering dibedaka menjadi dua macam;

         Nekara

Berukuran besar dan gemuk, berfungsi sebagai alat upacara minta hujan, penzenahan dan peperangan yang ditemuka di Sumatera Utara,Jawa dan Bali.
         Moko

Berukuran kecil dan langsing berfungsi sebagai hadiah kubur/mas kawin yang ditemukan di Pulau Alor.
2.      Kapak Perunggu
Berdasarkan bentuk dan fungsinya kapak perunggu dibedakan sebagai berikut.
         Kapak Corong atau Kapak Sepatu
Kapak yang memiliki bentuk seperti corong yang bagian atasnya ada tempat untuk memasukan tangkai kayu. Berfungsi sebagai alat kerja, ditemuka di Sumatera selatan, Bali, Jawa, Sulawesi Selatan dan Pulau Selayar
         Candrasha
Kapak dengan bentuk yang indah, berukir dan  memiliki tangkai dari perunggu yang di cor bersama-sama dengan kapaknya. Berfungsi sebagai alat upacara. Ditemukan di daerah Sumedang (jawa barat), Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur.

3.      Patung Perunggu
Patung perunggu dibuat dengan teknik Acire Perdue ynag berfunfsi sebagai patung hisan, patung magis, dan bekal kubur.

4.      Perhiasan Perunggu
Seperti cincin, gelang, anting-anting, dan kalung. Selain berfungsi sebagai hiasan juga berfungsi sebagai azimat.


BAB 3

A.  SENI  RUPA INDONESIA-HINDU
1.      Latar Belakang Budaya
Factor penyebab masuknya pengaruh Hindu ke Indonesia antara lain adalah factor hubungan dagang dengan bangsa India. Hal ini telah mempengaruhi kesenian di Indonesia. Pusat perkembangan seni Hindu terdapat di pulau Jawa, Sumatera, dan Bali. Akulturasi (pencampuran) kebudayaan berlangsung cukup lama sekitar 15abad. Pada tahap penguasaan lebuh menonjolkan cirri khas Indonesia. Contoh pada struktur candi Borobudur.
2.      Ciri Seni Rupa Indonesia-Hindu
a.       Kesenian berlandaskan agama
b.      Kesenian bersifat Feodal, digunakan untuk mengabadikan kekuasaan raja.
c.       Kesenian mengenal dua gaya, yaitu gaya Indonesia dan gaya India.
3.      Karya Seni Rupa Indonesia-Hindu
a.       Seni Bangunan
b.      Seni Patung
c.       Seni Hias atau Seni Ukir
a.     Seni Bangunan
1.)    Bangunan Candi
Istilah candi berasal dari kata Candika yang berarti salah satu nama Durga sebagai Dewi Laut. Berfungsi sebagai monument untuk memuliakan raja yang telah meninggal. Candi juga berfungsi sebagai;
         Stupa
Candi yang didirikan sebagai lambing agama Budha.
         Pintu Gerbang

Candi yang didirikan unruk gapura atau pintu masuk.
         Balai Kambang (candi tirta)
Candi yang didirikan di dekat atau di tengah kolam. Contohnya candi Belahan.
         Pertapaan

Candi yang didirikan di lereng gunung tempat raja bertapa. Contohnya candi Jalatunda.
         Vihara
Candi yang didirikan untuk para pendeta atau biksu menjalankan semedi. Contohnya candi Sari.
Struktur candi pada umunya terdiri dari tiga bagian pokok, yaitu;

         Kamadatu atau Kaki Candi
Sebagai bagian dasar yang sekaligus membentuk denah.
         Rupadatu atau Tubuh Candi
Berupa kamar-kamar untuk menyimpan arca atau patung.
         Arupadatu atau Mahkota Candi
Biasanya berjenjang dengan bentuk dasar limas yang ditutup dengan mahkota berbentuk stupa, lingga, ratna, atau amalaka.
Ada dua system yang digunakan dalam pengelompokan Candi yaitu;
         Sistem Konsentris (mandala)
         Sistem Membelakangi

         Sistem Konsentris (mandala)
Induk candi berada ditengah-tengah yang dikeliling oleh anak-anak candi. Pengaruh dari tradisi India.

         Sistem Membelakangi
Induk candi berada dibagian belakang anank-anak candi. System ini merupakan hasil kreasi asli Indonesia.

2.)    Bangunan Pura
Pura adalah bangunan tempat permujaan terhadap para dewa atau arwah leluhur seperti yang terdapat di Bali tetapi tidak banyak dikenal dalam seni bangunan Jawa-Hindu.
Berdasarkan fungsinya ada beberapa jenis pura, yaitu;
·         Pura Agung,  pura yang terdapat di komplek istana atau kerajaan.
·         Pura Subak,  pura yang terdapat di areal pesawaan sebagai tempat memuja Dewi-Sri.
·         Pura Laut,  pura yang terdapat di pantai.
·         Pura Gunung,  pura yang terdapat di lereng gunung tempet bersemedi.

3.)    Bangunan Puri
Bangunan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, istana, kerjaan dan tempat upacara Agama.
b.     Seni Patung
Patung-patung yang dibuat di zaman Hindu umumnya berkaitan dengan masalah agama dan biasanya ditempatkan di dalam candi.
1.)    Patung Dewa-Dewa Agama Hindu.
Di dalam agama Hindu, patung merupakan hasil perwujudan dari raja dengan dewa penistinya. Ada tiga dewa yang biasa dipatingkan (Tri Murti), yaitu;

·         Brahmana
·         Wisnu
·         Siwa
2.)    Patung Dewa-Dewa Agama Budha
Seni patung Budha di Indonesia seperti halnya di India memiliki tanda-tanda kesucian. Yaitu;

·         Rambut ikal dan bersanggul (ushnisha)
·         Telinganay panjang (lambakamapasa)
·         Terdapat tiga keturunan di leher
·         Memakai jubah (sanghati)
c.      Seni Hias atau Seni Ukir
Bentuk bangunan candi sebenarnya merupakan hasil tiruan dari gunung Mahameru, gunung yang di anggap suci sebagai tempat tinggal para dewa. Oleh sebab itu, bangunan candi selalu diberi hiasan sesuai dengan suasana gunung tersebut seperti moti hias flora dan fauna serta makhluk ajaib. Hiasan itu dibuat dengan teknik pahat atau ukir berupa relief, relief tinggi (encreux relief) dan relief datar (bass relief). Hiasan-hiasan pada bangunan candi berfungsi untuk memberi nilai spiritual dan sekaligus estetis.

B.    SENI RUPA INDONESIA-ISLAM
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 M yang dibaea oleh pedagang asing seperti India, Persia, Cina, dan sebagainya. Islam di Indonesia berbeda dengan kebudayaan Islam di negeri-negeri lain.
Dalam perkembangannya, agama Islam dengan sikap toleransinya tidak sampai menghilanjgkan tradisi kebudayaan yang berkembang sebelumnya (baik kebudayaan prasejarah maupun Hindu-Budha).
Kuatnya pengaruh kerajaan dalam kegiatan seni budaya menjadikan para seniman (empu) memiliki status terhormat, mereka berperan dalam perkembangan seni di istana. Kemudian dalam kaitannya dengan penyebar agama islam, para walipun berperan dalam mengebangkan seni di masyarakat. Misalnya seni wayang digunakan para wali sebagai media dakwah kepada masyarakat, sehingga seni wayang dikenal dan berkembang di daerah-daerah pedesaan.
1.      Ciri-ciri Seni Rupa Indonesia-Islam.
·         Bersifat feudal, yaitu kesenian yang berpusat di istana sebagai media pengabdian kepada raja atau sultan.
·         Melanjutkan tradisi kesenian sebelumnya.
·         Berperan dalam mengembankan seni masyarakat di pedesaan.
·         Menghindari perwujudan mahkluk hidup secara realis baik dalam lukisan maupun patung.
·         Berkembang seni hias stlasi dan kaligrafi.
·         Berkembang seni bangunan berupa masjid, istana, makam, dan seni kaligrafi.
2.      Karya Seni Rupa Indonesia-Islam
a.       Karya Seni Bangunan
b.      Seni kaligrafi

a.      Karya Seni Bangunan
1.)    Masjid

Masjid artinya tempat bersujud, kemudian diterjemahkan mejadi sebuah bangunan tempat umat islam bershalat.
Pengaruh Hindu tampak pada masjid-masjid tua yang menggunakan atap tumpang atau limas (seperti balai pertemuan Hindu-Bali), contonya pada atap masjid Agung Demak, Agung Banten, Agung Cirebonn dan sebagainya. Pada menara masjid yang merupai candi seperti pada menara masjid Agung Kudus. Pengarunh pada tradisi seni Hindu lainnya tampak pada hiasan-hiasan masjid yang menggunakan hiasan dengan motif teratai, gunungan, kala, makara, dan garuda seperti hiasan masjid Agung Gresik dan masjid Agung Mantingan(Jepara).
Pengaruh asing seperti dari Persia tampak pada bangunan masjid yang menggunakan atap kubah dengan pelengkung runcing pada bagian pintu dan jandela/pelengkung runcing pada penghubung tiang-tinag masjid, contonya pada masjid Agung di Banda Aceh dan Medan.
Sedemikian pengaruh Eropa tampak pada menara masjid Agung Banten yang menyerupai mercusuar. Kemudian pengaruh dari China tampak pada hiasan masjid yang menggunakan tempelan porselen motif hias awan dan mega mendung seperti pada mesjid Agung Kasepuhan Cirebon.

2.)    Istana (kertaon)
Istana atau keratin merupakan bangunan tradisional yang berfungsi sebagai tempat tinggal raja, pusat pemerintahan, pusat kegiatan agama, dan pusat kegiatan seni dan budaya. Pembangunan keratin sebagai bangunan profane di pusat kota selalu dikaitkan dengan kosmologi dan factor-faktor magis religious yang melambangkan kekuasaan raja.
Bangunan kerton terdiri atas tiga bagian halaman, merupakan hasil pengaruh dari tradisi Hindu (pengaruh tradisi Arsitektur Majapahit atau bangunan pura Bali). Di alun-alun biasanya, ditanami pohon-pohon beringin sebagai lambing pengayoman raja terhadap rakyatnya. Di Indonesia banyak kita jumpai bangunan-bangunan istana peninggalan sejarah seperti keraton Kaibon dan Keraton Surosoan di Serang, keraton Kanoman dan keraton Kasepuhan di Cirebon, keraton kesultanan di Yogyakarta, keraton Kasunanan di Surakarta.

3.)    Makam
Makam tempat penyimpan jenazah orang muslim tidak memiliki bentuk khusus, namun merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Ada makam dengan struktur bangunan susun timbun seperti punden berudak yang bernama kijing atau jirat. Pada tempat jirat ditempatkan batu nisan.

b.      Seni kaligrafi
Seni kaligrafi atau khat adalah seni tulisan indah, yang dalam kesenian islam menggunakan huruf Arab sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat-ayat Al-Quran. Dalam perkembangannya, seni kaligrafi islam memiliki bentuk-bentuk, sebagai berikut;
·         Kaligrafi Terapan

Kaligrafi yang digunakan sebagai dekorasi atau hiasan.
·         Kaligrafi Ekspresif

Kaligrai yang digunakan sebagai media untuk mengungkapkan perasaan. Kaligrafi ini diperkembangkan di Indonesia modern,seperti A. D. PIRAUS
  Sumber
Buku ‘’ AKTIF BERKESENIAN’’
http://www.klinikdrum.com/about/kepang96.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TUGAS KONSERVASI ARSITEKTUR

SEJARAH BANK BANK MANDIRI/GEDUNG EX-CHARTERED BANK Nama bangunan baru   : Bank Mandiri Nama bangunan lama   : Gedung ex-chartered bank of India,Australia and China Alamat                         : jl. Kali Besar Barat Wilayah                        :   Jakarta Barat Arsitektur                    : Eduard Cuypers Pemilik                         : Bank Mandiri LATAR BELAKANG Gedung Ex-Chartered Bank merupakan salah satu aset bangunan gedung bersejarah milik Bank Mandiri. Gedung ini dibangun pada tahun 1921 atas lahan seluas...

SUKU KULAWI

BAB I PEMBAHASAN 1.1. Sejarah Suku Kulawi Para ahli etnografi lama membagikan orang/suku Kulawi sebagai salah satu bagian dari kelompok orang/suku Toraja Barat. Suku bangsa itu sendiri lebih suka menyebut dirinya orang Kulawi atau Tokulawi. Mereka mendiami daerah bagian selatan Danau Lindu, yang termasuk dalam wilayah Kulawi di Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. Jumlah mereka saat ini sekitar 50.000 jiwa. Menurut legenda, mereka berasal dari daerah Bora dan Sigi di lembah Palu. Diceritakan bahwa pada zaman dahulu kala ada seorang tokoh dari Bora yang berburu bersama dengan pengikutnya sampai ke hutan-hutan di Gunung Momi. Setelah penat berburu maka para pemburu itu beristirahat di bawah sebuah pohon kayu yang disebut Kulawi. Melihat kesuburan daerah itu maka tokoh dari Bora itu memutuskan untuk menetap di sana. Sejak itu daerah baru tersebut mereka beri nama Kulawi. 1.2. Letak Geografis Suku Kulawi 1.3. Bahasa Suku Kulawi Orang Kulawi memakai bahasa Kulawi dengan...

KRITIK ARSITEKTUR

Analisis Bangunan  DEPOK TOWN SQUARE   Dengan Menggunakan Metode Kritik Advokatif Metode Advokatif merupakan cabang dari kritik arsitektur secara interpretif dimana kritik dengan metode avokatif memiliki ciri sebagai berikut: • Kritik ini tidak diposisikan sebagai bentuk penghakiman (judgement) sebagaimana yang terjadi pada Normatif Criticism. • Isi kritik tidak mengarahkan pada upaya yang memandang rendah orang lain • Kritikus mencoba menyajikan satu arah topik yang dipandang perlu untuk kita perhatikan secara bersama tentang bangunan Depok Town Square (atau disingkat Detos) adalah sebuah pusat perbelanjaan di Kota Depok, Jawa Barat, Indonesia. Mal ini mulai beroperasi tahun 2005, berlokasi di jalan utama Depok yaitu jalan Margonda Raya. Detos berdiri di area seluas 160.000 m² dengan total areal lahan seluas 24.000 m² menawarkan lebih dari 2.300 unit kios yang terdiri dari exterior shop, speciality shop...